AZAB DAN SENGSARA
Judul
buku : Azab Dan Sengsara
Pengarang
: Merary Siregar
Penerbit
: Balai Pustaka, 2005
Tebal
: xi + 163 halaman
Ini
cerita yang terjadi dalam lingkungan masyarakat Minangkabau dengan segenap adat
istiadat yang melingkupinya. Tempat terjadinya
cerita ini di dearah kota Sipirok
Padang, hidup seorang bangsawan kaya
raya. Bangsawan kaya raya ini mempunyai seorang anak laki-laki. Anaknya yang
laki-laki bernama Sutan Baringin. Sutan Baringin sangat dimanjakan oleh ibunya.
Segala keinginan Sutan Baringin selalu dituruti oleh ibunya. Akibatnya, setelah
Sutan Baringin besar, ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh, keras,
berperangai jelek, dan suka berfoya-foya.
Sutan
Baringin oleh kedua orang tuanya dikawinkan dengan Nuria, seorang perempuan
baik-baik pilihan ibunya. Walaupun sudah berkeluarga, Sutan Baringin masih suka
berfoya-foya menghabiskan harta orang tuanya. Dia suka berjudi bersama Marah
Sait, sahabatnya. Sewaktu ayah Sutan Baringin meninggal dunia, Sutan Barin Baringin bangkrut, dan memiliki banyak hutang.
Sutan
Baringin mempunyai dua orang anak hasil perkawinannya dengan Nuria. Anaknya
yang satu adalah perempuan bernama Mariamin. Sedangkan satunya lagi laki-laki
(namun tidak di ceritakan oleh pengarangnya). Akibat tingkah ayahnya yang suka
berjudi dan banyak hutang itu, Mariamin menjadi seorang anak yang cukup di hina di kampungnya kerena
kemiskinan kedua orang tuanya. Cinta perempuan yang baik hati ini dengan
seorang pemuda bernama Aminuddin terhalang oleh kemiskinan yang di alami
Mariamin.
Aminuddin
adalah anak Baginda Diatas, seorang bangsawan kaya yang sangat di segani di
daerah Sipirok. Sebenarnya Baginda Diatas masih mempunyai hubungan sepupu
dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin. Ayah Baginda Diatas dengan ayah Sutan
Baringin adalah kakak-beradik. Aminuddin dan Mariamin sudah bersahabat sejak
kecil. Setelah keduanya sama-sama dewasa, mereka sama-sama saling jatuh cinta.
Aminuddin sangat mencintai Mariamin,dan berjanji pada Mariamin dia akan melamar
Mariamin setelah dia mendapat pekerjaan. Keadaan keluarga Mariamin yang miskin
bukanlah masalah bagi Aminuddin. Niat Aminuddin untuk menikahi Mariamin, dia
beritahukan kepada kedua orang tuanya. Ibu Aminuddin tidak keberatan dengan
niat Aminuddin itu. Karena ibu Aminuddin sudah sangat mengenal baik siapa
keluarga Mariamin. Keluarga Mariamin masih termasuk keluarga mereka juga.
Selain itu, ibu Aminuddin juga merasa kasihan kepada keluarga Mariamin yang
miskin. Dengan menikah dengan Aminuddin anaknya, dia berharap keadaan ekonomi
keluarga Mariamin bisa terangkat lagi.
Namun,
ayah Aminuddin yaitu Baginda Diatas tidak setuju dengan niat Aminuddin untuk
menikah dengan Mariamin. Kalau Aminuddin menikah dengan Mariamin, Baginda
Diatas akan merasa malu. Karena dia adalah seorang keluarga bangsawan yang
terpandang dan kaya raya, sedangkan keluarga Mariamin adalah keluarga miskin.
Namun ketidak setujuannya tidak di perlihatkan secara terbuka pada istrinya dan
Aminuddin anaknya. Baginda Diatas dengan cara yang halus berusaha menggagalkan
usaha Aminuddin untuk menikahi Mariamin. Salah satu usaha yang di lakukan
Baginda Diatas adalah membawa istrinya pergi ke dukun, untuk meramal
peruntungan Aminuddin kalau nantinya menikah dengan Mariamin. Namun sebelum dia
dan istrinya berangkat ke rumah dukun itu, sebelumnya Baginda Diatas sudah
titip pesan pada dukun itu agar memberi jawaban bahwa Amiinuddin tidak akan
beruntung jika menikah dengan Mariamin. Baginda Diatas dan istrinya bertemu
dukun itu . Disaksikan sendiri oleh istrinya, dukun itu mulai meramal
peruntungan perkawinan Aminuddin dengan Mariamin. Jawaban dukun itu sangat
menguntungkan Baginda Diatas, karena memang begitulah pesannya. Sang dukun mengatakan dengan tegas bahwa
Aminuddin akan mengalami nasib jelek jika menikah dengan Mariamin. Ibu
Aminuddin tidak bisa berbuat apa-apa setelah mendengar jawaban dukun itu. Ibu
Aminuddin juga dengan terpaksa menuruti kehendak suaminya untuk segera
mencarikan jodoh yang sesuai untuk Aminuddin. Kedua orang tua Aminuddin pun
langsung melamar seorang perempuan berada menurut pilihan mereka. Setelah si
perempuan dilamar, Baginda Diatas langsung mengirim telegram kepada Aminuddin
yang sedang mencari pekerjaan di Medan. Telegram itu berisi berita bahwa
Aminuddin disuruh menjemput calon istri dan keluarganya di Stasiun Kereta Api
Medan. Sewaktu menerima telegram, Aminuddin sangat gembira. Karena dia
menyangka bahwa calon istrinya yang akan dia jemput di Stasiun Kereta Api itu
adalah Mariamin. Tetapi, setelah bertemu di Stasiun Kereta Api, ternyata calon
istrinya bukanlah Mariamin, Aminuddin pun sangat kecewa. Namun sebagai anak
yang harus berbakti pada kedua orang tua, dengan terpaksa Aminuddin menikah
dengan perempuan pilihan orang tuanya itu. Kenyataan itu Aminuddin beritahukan
pada Mariamin. Mendapat berita itu Mariamin sangat sedih, hatinya hancur.
Setahun
setelah kejadian itu, Mariamin dan ibunya terpaksa menerima lamaran dari
Kasibun seorang kerani di Medan. Kasibun waktu itu mengaku bahwa dia masih
lajang. Karena Kasibun bekerja di Medan, Mariamin kemudian di bawanya ke Medan.
Sampai di Medan barulah terbuka siapa Kasibun sebenarnya. Kasibun adalah lelaki
hidung belang. Sebenarnya Kasibun sebelum menikah dengan Mariamin sudah
mempunyai istri. Istrinya di ceraikan karena akan menikah dengan Mariamin. Hati
Mariamin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Namun sebagai seorang istri
yang beragama, walaupaun dia benci dan tidak mencintai suaminya, Mariamin tetap
berusaha menjadi seorang istri yang baik.
Kerlakuan
Kasibun pada Mariamin sangat keterlaluan, setelah Aminuddin pulang bertamu dari
rumah mereka. Kasibun begitu cemburu pada Aminuddin, menurutnya cara
penyambutan Mariamin pada Aminuddin sangat berlebihan. Padahal Mariamin
menyambut Aminuddin biasa saja. Akibat kecemburuannya itu, Kasibun menyiksa
Mariamin habis-habisan.Perlakuan kasar Kasibun yang terus-terusan itu membuat
Mariamin hilang kesabaran. Dia sudah tidak tahan lagi hidup menderita disiksa
tiap hari oleh Kasibun. Akhirny Mariamin melaporkan perbatan suaminya pada
polisi di Medan. Mariamin langsung minta cerai dari Kasibun, dan permintaan
cerainya dikabulkan oleh hakim agama di Padang.
Setelah
bercerai dengan Kasibun, Mariamin kembali ke kampung halamannya dengan perasaan
penuh kesedihan. Kesengsaraan dan penderitaan batin serta fisiknya terus
mendera Mariamin dari kecil hingga dia meninggal dunia.
Azab
dan sengsara termasuk salah satu novel Pujangga Angkatan 20 atau Angkatan Balai
Pustaka. Menurut para pakar sastra atau ahli sastra novel ini adalah novel
pertama Indonesia. Pengarang novel ini adalah Merary Siregar. Ini termasuk
novel yang menceritakan tentang adat istiadat, yaitu adat istiadat orang
Minangkabau. Tempat terjadinya di daerah Sipirok Padang dan Medan Sumatera
Utara.
Novel
ini mempermasalahkan tentang kawin paksa, dimana masalah-masalah perjodohan
anak-anak muda masih ditentukan oleh kedua orang tua mereka. Novel ini
menceritakan tentang azab yang diterima satu keluarga karena perbuatan ayahnya
yang suka burjudi dan menghambur-hamburkan uang. Akibatnya dia dan keluarganya
menjadi miskin dan begitu sengsara. Kesengsaraan itu terus mendera keluarga
tersebut sampai akhir hayat keluarga tersebut. Namun novel ini juga memiliki
kekurangan yaitu masih memakai bahasa daerah yaitu bahasa Melayu ataupun bahasa
Padang. Seperti kata ‘angkang’, ‘martandang’ dan lain-lain. Bagi orang yang
tidak memahami bahasa tersebut, akan sulit untuk mengerti kata-kata yang ada
pada novel ini. Walaupun demikian, penulis beranggapan novel ini cukup menarik
untuk dibaca karena memang ceritanya yang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar