BURUNG-BURUNG MANYAR
Judul
Buku : Burung-burung Manyar
Pengarang
: Y.B. Mangunwijaya
Penerbit
: Djambatan, 1988
Tebal : xi + 261 halaman
Cerita
ini terjadi di zaman modern, dengan mengambil latar belakang kehidupan masa
lalu. Dimasa pemerintahan KNIL Belanda keluarga Teto termasuk keluarga
berkecukupan dan terpandang. Kedua orang tuanya begitu menyayanginya. Semua
keinginannya selalu tituruti. Dia juga bebas bergaul dengan orang-orang
inlander atau anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda karena ayahnya adalah
salah satu orang yang berpangkat di dalam ketentaraan KNIL Belanda. Ayahnya
seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda. Letnan Barjabasuki,
ayah Teto ini waktu itu menjabat sebagai seorang Kepala Garnisun Devisi II di
Magelang. Kedua orang tua Teto yang nama sebenarnya Setadewa ini bukanlah
keturunan orang sembarangan. Ayah Teto sendiri keturunan bangsawan Keraton.
Sedangkan ibu Teto keturunan Indo-Belanda.
Masa
kecil Teto betul-betul hidup dalam masa keemasan orang tuanya. Itulah sebabnya
Teto begitu bangga pada ayahnya. Dia selalu bercita-cita ingin menjadi orang
seperti ayahnya. Dia bercita-cita hendak menjadi seorang tentara KNIL Belanda
seperti ayahnya. Sebab menurutnya, dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL
Belanda, maka kehidupannya akan baik, disegani, dan dihormati. Karena pada masa
kecilnya penuh dengan kelimpahan di masa KNIL Belanda, maka ketika tentara KNIL
Belanda diusir Jepang dari Indonesia, Teto begitu terpukul. Kehidupan
keluarganya mendadak berubah kacau. Ayahnya ditangkap dan disiksa oleh tentara
Jepang. Ayahnya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang, tapi untung nyawa
ayahnya diselamatkan oleh ibunya. Waktu itu pemimpin tentara Jepang yang
menahan ayahnya memberi pilihan pada ibu Teto; bersedia menjadi wanita
penghibur pimpinan tentara Jepang itu atau kalau tidak bersedia, maka nyawa
suami akan melayang! Ibu Teto memutuskan bersedia menjadi wanita penghibur
pimpinan tentara Jepang itu demi nyawa suaminya! Berkat pengorbanan istrinya
itu, ayah Teto selamat. Dia dibebaskan tentara Jepang. Betapa hancur hati Teto
menyaksikan kenyataan itu. Dia begitu dendam pada tentara Jepang. Perlakuan
tentara Jepang terhadap kedua orang tuanya dan sekaligus menghancurkan masa
gemilang keluarganya. Teto bertekad akan membalas semua perlakuan tentara
Jepang itu sampai kapanpun.
Tiga
tahun kemudian giliran Jepang yang yang hengkang dari Indonesia, tentara KNIL
Belanda masuk lagi ke Indonesia berlindung dengan tentara Sekutu. Hati Teto
gembira menyambut kembali kedatangan tentara KNIL di Indonesia. Teto gembira
karena dengan demikian cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belandaakan
menjadi kenyataan. Teto pun langsung berusaha bergabung dengan tentara KNIL.
Berkat bantuan seorang Mayor yang bernama Verbruggen, Teto diterima menjadi
tentara KNIL. Dan sejak itu, Teto menjadi tentara KNIL Belanda. Betapa bangga
hati Teto setelah berhasil menjadi seorang tentara KNIL Belanda. Dia bekerja
dengan penuh kedisiplinan. Tugas-tugas yang diberikan pimpinannya kepadanya
semua Teto selesaikan dengan baik. Itulah sebabnya, Teto b egitu disayang oleh
pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan saja Teto sudah menjadi seorang
Komandan Patroli dengan pangkat Letnan Dua.
Lain
nasib Teto, lain pula nasib Ibunya, Maurice. Ibu Teto mengalami nasib yang
naas. Karena sudah tidak tahan lagi menanggung penderitaan lahir maupun batin,
Ibu Teto mengalami gangguan jiwa dan menjadi pasien tetap sebuah rumah sakit
jiwa di Bogor. Sedangkan ayah Teto nasibnya tidak jelas. Namun menurut
informasi Mayor Verbuggen, Letnan Barjabasuki saat ini bergabung dengan tentara
Republik. Dengan demikian, Letnan Barjabasuki termasuk seorang buronan tentara
KNIL Belanda. Juga berarti bahwa Letnan Barjabasuki menjadi burunan anaknya
sendiri, yaitu Letnan Dua Teto.
Kejayaan
Letnan Dua Teto sebagai seorang Komandan Patroli tentara KNIL Belanda tidak
berjalan lama. Masalahnya, tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah.
Perlawanan Rakyat Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran tentara KNIL
Belanda tidak pernah kendur. Lama kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi
frustasi juga. Tentara KNIL Belanda yang hendak menguasai seluruh wilayah Tanah
Air Indonesia itu akhirnya melemah semangatnya. Akhirnya mereka mengalah.
Tentara KNIL Belanda balik ke negerinya. Dengan kekalahan tentara KNIL itu,
otomatis Teto menjadi kecut juga. malah dia menjadi malu sendiri pada dirinya.
Dia sangat malu lagi terhadap Larasati, wanita yang sangat dicintainya itu.
Masalahnya Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, sedangkan Teto malah
membela musuh. Waktu itu Larasati mengabdi di Departemen Luar Nageri. Karena
malu hati, Teto kemudian memutuskan untuk keluar dari Indonesia. Teto pergi ke
Amerika. Di Amerika. Teto masuk ke Universitas Harvard mengambil jurusan
komputer. Akhirnya Teto mampu menyelesaikan studinya di Harvard itu. Dia
mendapat gelar Doktor.
Tamat
dari Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika. Perusahaan
itu bernama Pacific Oil Wells Company. Di perusahaan minyak itu, Teto bekerja
sebagai tenaga analisis komputer. Rupanya perusahaan Pacific Oil Wells Company
ini waktu itu sedang menjalin hubungan dengan pihak Pemerintah Indonesia. Selama
bekerja di perusahaan Pacific Oil Wells Company itu, kesejahteraan Teto sangat
terjamin malah Teto menikahi anak salah seorang Direktur perusahaan itu. Nama
istrinya Barbara. Akan tetapi hati Teto tetap tidak tenang juga. dia tidak
bahagia hidup di negeri orang. Hatinya tergoda ingin kembali ke Tanah Air. Dia
rindu dengan orang-orang yang dicintainya. Dia ingat ibunya dan Larasati
kekasih yang sangat dicintainya itu. Semakin besar keinginan Teto untuk kembali
ke Tanah Air, ketika Teto menemukan adanya kecurangan dalam perhitungan
keuangan di perusahaannya. Perusahaanya telah melakukan kecurangan dalam
perhitungan keuangan dengan pihak Indonesia. Dan Teto bertekad untuk membongkar
kecurangan tersebut. Apapun resikonya, walaupun sampai dia dikeluarkan dari
perusahaannya Teto tidak takut. Akhirnya Teto kembali ke Indonesia. Dia kembali
ke Indonesia setelah bercerai dengan Barbara istrinya itu. Sampai di Tanah Air,
hati Teto gelisah. Perasaannya berkecamuk. Indonesia telah berubah sangat jauh
dari perkiraan Teto. Pembangunan bergerak di mana-mana. Disamping kekagumannya
itu, Teto juga langsung ingat akan peristiwa-peristiwa yang dulu pernah
dialaminya. Dia teringat akan dirinya yang telah salah berjuang membela pihak
Belanda dan bukannya membantu Tanah Airnya sendiri. Namun dia juga ingat akan
kejayaannya semasa masih bersama kedua orang tuanya di masa KNIL dulu itu. Dia
juga ingat bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya. Juga
dia langsung teringat pada Larasati, kekasih yang sangat dirindukan. Dia malu
pada Larasati. Dia takut bertemu dengannya. Namun hatinya sangat rindu pada
Larasati.
Secara
diam-diam Teto hadir dalam acara presentasi gelar Dokter yang akan dilakukan Larasati
di Jakarta. Selama dalam acara presentasi itu, Teto hanya diam saja dan
sembunyi di balik orang-orang yang hadir saat itu. Setelah Larasati selesai
membacakan desertasinya, Larasati mendapat sambutan hangat dari para hadirin.
Waktu orang-orang memberi ucapan selamat pada Larasati, Teto tidak berani
melakukannya. Padahal dia ingin sekali melakukannya. Tapi karena malu dia diam
saja. Perasaan malu dan bersalah Teto semakin besar ketika dia mendengarkan
uraian desertasi yang dibacakan Larasati dalam persidangannya itu. Desertasi
Dokter yang dibawakan Larasati waktu itu membicarakan masalah Burung-burung
Manyar dengan segala tingkah lakunya. Dia begitu malu, sebab tingkah laku
Burung-burung Manyar itu seperti tingkah laku dirinya.
Walaupun
Teto sudah berusaha untuk untuk tidak sampai bertemu dengan Larasati, namun
nasib berkehendak lain. Esoknya, tiba-tiba Larasati dan suaminya datang ke
tempat Teto menginap. Betapa terkejutnya Teto. Hatinya langsung berdebar-debar
ketika bertatapan dengan Larasati. Sebenarnya Larasati juga mempunyai perasaan
yang sama dengan Teto. Dia juga pernah menaruh hati pada Teto sewaktu masih
remaja. Teto menyadari bahwa dia masih mencintai Larasati. Namun Larasati
sekarang sudah menjadi milik orang lain, yaitu Janakatamsi seorang pemuda anak
Direktur Rumah Sakit Jiwa Keramat. Dan di Rumah Sakit Jiwa Keramat ibunya Teto
dulu dirawat sampai akhir hayatnya.
Janakatamsi
dapat menangkap gelagat itu. Suami Larasati ini memahami betul bahwa Larasati,
istrinya itu mempunyai cerita tertentu dengan Teto. Dia tahu bahwa istrinya
pernah menjadi kekasih Teto sebelumnya. Makanya dengan bijak Janakatamsi
menawarkan pada Teto agar Teto bersedia menjadi kakaknya. Mendengar ajakan itu,
Teto sangat terharu. Dan Teto pun tidak menolak ajakan itu. Atas ajakan itu,
Teto bersedia mengunjungi rumah ibunya Larasatidi Bogor. Ibu Larasati, yaitu
Ibu Ananta. Orangnya sangat ramah. Ibu Ananta sudah kenal lama dengan keluarga
Teto. Karena sejak dulu keluarga Larasati dan Teto sudah bersahabat.
Janakatamsi
juga begitu juga mendukung niat Teto untuk membongkar kasus kecurangan yang
terjadi dalan perusahaan Pacific Oil Wells Company tempat Teto bekerja itu.
Atas bantuan Janakatamsi, Teto berhasil membongkar kasus kecurangan keuangan
tersebut. Namun akibatnya Teto di keluarkan dari perusahaannya.
Belum
habis kesedihan Teto karena dikelurkan dari perusahaannya. Datang lagi kabar
duka yang dia terima. Larasati dan suaminya Janakatansi, meninggal dunia dalam
kecelakaan pesawat sewaktu berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Pesawat yang membawa Larasati dan suaminya jatuh di Colombo. Demi membalas
segala kebaikan yang selama ini telah diberikan oleh Larasati dan suaminya,
Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Larasati dan Janakatamsi. Dia
berjanji akan menjaga dan mendidik ketiga anak itu agar menjadi anak-anak yang
berbakti pada bangsa dan negara.
Burung-burung
Manyar termasuk karya novel mutakhir Indonesia. Novel ini termasuk salah satu
novel mutakhir yang sangat digemari oleh pembacanya. Novel ini termasuk novel
psikologis. Penulis novel ini adalah Y.B. Mangunwijaya. Diterbitkan oleh penerbit
Djambatan 1988. Ini cerita terjadi di zaman modern dengan mengambil latar
belakang kehidupan masa lalu, masa revolusi dan masa penjajahan Jepang maupun
Belanda. Ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor). Cerita seorang anak
manusia yang selalu merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu.
Novel ini adalah novel lama.
Dalam
penceritaannya novel ini menceritakan beberapa tokoh. Diantaranya Teto,
Larasati, Janakatamsi, Letnan Barjabasuki(ayah Teto), ibu Teto, Mayor
Verbruggen, Bu Antana, dan Barbara. Tetapi tokoh-tokoh tersebut tidak semuanya
diceritakan secara gamblang, diceritakan
hanya sekilas. Alhasil cerita
terasa menggantung dan rumit karena banyaknya tokoh yang bermunculan. Selain
itu, cerita pun terasa lebih rumit karena banyaknya kalimat yang diulang-ulang.
Sehingga pada novel ini terdapat banyak pemborosan kata. Walaupun demikian, penulis beranggapan novel
ini cukup menarik untuk dibaca karena memang ceritanya yang menarik.